Lonjakan Kasus yang Mengkhawatirkan
Dinas Kesehatan Jawa Timur melaporkan adanya lonjakan kasus campak di Kabupaten Sumenep, Madura, pada Agustus 2025. Dalam kurun waktu sebulan, tercatat ratusan anak terinfeksi, dengan beberapa kasus berujung pada kematian. Fenomena ini membuat masyarakat cemas dan menimbulkan pertanyaan: mengapa penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan vaksinasi kembali merebak?
Kronologi Wabah Campak
Awal kasus dilaporkan dari beberapa desa di Kecamatan Ganding dan Lenteng. Anak-anak mengalami gejala demam tinggi, ruam merah, batuk, dan mata merah.
- Awal Agustus: 10 anak positif campak.
- Minggu kedua: angka melonjak menjadi lebih dari 70 kasus.
- Minggu keempat: tercatat lebih dari 250 kasus dengan 3 anak meninggal dunia.
Pemerintah daerah segera menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di wilayah tersebut.
Penyebab Lonjakan Kasus
Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab merebaknya campak di Sumenep, antara lain:
- Cakupan imunisasi rendah – banyak orang tua menunda atau menolak vaksinasi anak.
- Miskomunikasi kesehatan – hoaks tentang efek samping vaksin sempat beredar luas.
- Kondisi lingkungan – padatnya pemukiman dan sanitasi buruk mempermudah penularan.
- Keterlambatan penanganan – banyak orang tua baru membawa anak ke fasilitas kesehatan setelah kondisi parah.
Upaya Pemerintah dan Tenaga Kesehatan
Dinas Kesehatan bersama Kementerian Kesehatan RI mengambil langkah cepat:
- Menggelar imunisasi massal campak-rubella di seluruh sekolah dasar dan posyandu.
- Mengirim tim medis darurat untuk memperkuat tenaga kesehatan di lapangan.
- Menyediakan ruang isolasi di RSUD Sumenep untuk pasien campak berat.
- Melakukan edukasi masyarakat tentang pentingnya imunisasi dasar lengkap.
Respon Masyarakat
Banyak orang tua yang awalnya ragu akhirnya membawa anak mereka untuk divaksin setelah melihat korban jiwa. Namun, masih ada kelompok kecil yang menolak dengan alasan kepercayaan tertentu. Kondisi ini membuat tenaga kesehatan bekerja ekstra melakukan pendekatan persuasif.
Pandangan Ahli Kesehatan
Epidemiolog menegaskan bahwa campak bukan sekadar penyakit ringan anak-anak. Jika tidak ditangani, komplikasi serius seperti pneumonia, diare berat, hingga radang otak bisa berujung pada kematian. Mereka mengingatkan bahwa imunisasi adalah kunci utama pencegahan, ditambah pola hidup bersih dan gizi yang baik.
Tantangan Ke Depan
Meski langkah cepat sudah dilakukan, tantangan ke depan adalah memastikan cakupan imunisasi tetap tinggi pasca-KLB. Selain itu, pemerintah harus memperkuat sistem surveilans penyakit menular agar kasus serupa tidak meluas ke daerah lain di Jawa Timur.
📌 Kesimpulan:
Lonjakan kasus campak di Sumenep menunjukkan pentingnya kedisiplinan imunisasi dan edukasi kesehatan masyarakat. Wabah ini menjadi pengingat bahwa meski Indonesia sudah maju, penyakit menular lama masih bisa kembali jika masyarakat lengah. Dengan kerja sama pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, kasus ini diharapkan segera terkendali.